Beramal
bukan cuma lewat sejumlah uang. Kita juga bisa beramal dengan
memberikan buku atau saling berbagi buku lewat BookCrossing. Konsep
saling bertukar buku ini dilakukan secara nggak langsung. Idenya pertama
kali dicetuskan oleh Ron Hornbaker pada tahun 2001, lewat konsep make a
whole world a library.
Di situs resminya
(www.bookcrossing.com) tercatat sudah ada lebih dari 700 ribu orang yang
aktif mengikuti BookCrossing. Kegiatan ini memungkinkan orang-orang
yang nggak punya dana untuk beli buku, jadi bisa ikutan baca buku bagus.
1. Aturan mainnya
adalah, sehabis menyelesaikan membaca sebuah buku, kita harus
meninggalkan buku tersebut di tempat publik (misalnya di kafe atau
restoran). Buku harus diusahakan berada dalam kondisi baik. Artinya,
jangan sobek atau dicoret-coret. Jadi buku lama pun boleh di-cross, asal
masih layak baca.
2. Orang yang meninggalkan buku tentu saja anonim,
tapi biasanya di dalam buku itu akan ditinggalkan note buat orang yang
nantinya mengambil, supaya meneruskan rantai BookCrossing setelah ia
selesai membacanya.
3. Di situsnya, para member akan mencantumkan lokasi
ditaruhnya berbagai buku yang sudah mereka baca. Kita tinggal mencari
judul incaran kita, lalu segera menuju ke tempat tersebut sebelum si
buku diambil orang.
4. Kalau mau, bagi member yang ingin melepas buku, bisa mendapatkan nomor BCID (BookCrossing ID)
dan menuliskannya di buku tersebut. Nantinya, orang yang menemukan buku
tersebut bisa memasukkan nomor BCID tersebut di situs, sehingga kita
bisa tahu ke mana saja buku itu telah “berkelana”. Si penemu juga bisa
menulis pengalamannya (misalnya, buku A ditemukan pada tanggal X di kafe
Z).
5. Biar adil, jangan hanya menunggu suatu buku “dilepas”
tanpa pernah ikut “menyumbang” buku. Kita juga harus berpartisipasi
meninggalkan buku untuk orang lain, dong. Anggap saja kita sedang
merekomendasikan buku keren untuk orang asing. (Serra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar